Quantcast
Channel: S1 Antropologi
Viewing all 99 articles
Browse latest View live

Judul Berita


BATAS AKHIR PENGUMPULAN SKRIPSI SEMESTER GENAP 2016/2017

$
0
0

Batas waktu pengumpulan skripsi (softcopy) paling lambat tanggal 9 Juni 2017. Setelah dinyatakan bebas Plagiarisme melalui program Turnitin, mahasiswa segera menyerahkan dalam bentuk hardcopy sebanyak 3 eksemplar paling lambat 16 Juni 2017.

Prestasi

$
0
0

Prestasi / Pengakuan / Apresiasi

  • Program Hibah Kompetisi SP4 2006-2007
  • Presenter dan Poster Terbaik di tingkat Nasional 2007 (Dr. Toetik Koesbardiati)
  • Pemenang Kompetisi Modul Kewirausahaan 2008 (Sri Endah Kinasih, M.Si)
  • Pemenang Kompetisi Modul Kewirausahaan 2009 (Lucy Dyah H, M.Kes)
  • Pemenang Kartini Award sebagai Wanita dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Keahlian Unik 2009 (Myrtati D Artaria, Ph.D)
  • Program Hibah Kompetisi Kelembagaan 2010-2012
  • Mencapai A di Akreditasi Program 2005-2010
  • Juara I Universitas Airlangga Web Blog 2009 (Myrtati D Artaria, Ph.D)
  • Juara kedua Universita Airlangga Web Blog 2010 (Moh Adib, M.A.)
  • Juara I Dosen Terbaik Universitas Airlangga 2010 (Myrtati D Artaria, Ph.D)
  • Pemenang Hibah Kompetisi Pendidikan PHKI 2010 (Nurcahyo, M.Hum)
  • 100 Peneliti Indonesia yang Unggul, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2011 (Myrtati D Artaria, Ph.D)
  • Mencapai A pada Akreditasi Program 2011-2016
  • Juara II Kompetisi Blog Komunitas Akademik Universitas Airlangga 2011 (Moh Adib, M.A.)
  • Kompetisi Web Terbaik II Universitas Airlangga 2011
  • Terbaik I Universitas Airlangga Blog 2012 (Moh Adib, M.A.)
  • Terbaik I Universitas Airlangga Department Web 2012

TUJUAN

$
0
0

Lulusan Program Studi Sarjana Antropologi diharapkan memiliki profil sebagai:

  1. Peneliti (researcher), maka seorang sarjana Antropologi diharapkan memiliki kemampuan: (1) merancang penelitian, (2) cermat dalam melakukan analisis, serta (3) menghasilkan temuan-temuan dan informasi ilmiah yang berguna untuk menyikapi serta memecahkan berbagai persoalan sosial yang ada di masyarakat.
  2. Perencana pembangunan dan pengembangan masyarakat (development planner and community development) maka seorang sarjana Antropologi diharapkan mampu : (1) pengendalian masalah sosial   untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu secara sistematis dan terencana serta (3) melakukan proses penguatan masyarakat secara aktif dalam mengambil keputusan secara berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan, partisipasi dan kerja sama.
  3. Praktisi (practitioner) maka seorang sarjana Antropologi diharapkan mampu : (1) mengidentifikasi temuan-temuan penggalian di lapangan (2) memiliki kepekaan dalam menyelesaikan masalah/troubleshooting secara tepat berdasarkan informasi dan data yang akurat serta (3) membangun jejaring kerja (networking) dengan berbagai pihak untuk melaksanakan program yang direncanakan.
  4. Pendidik (educator) maka seorang sarjana Antropologi diharapkan mampu : (1) mempersiapkan materi mengajaran yang sudah disusun secara sistematis, terencana, dan bertujuan, (2) melaksanakan tugasnya untuk berinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses pembelajaran serta (3) menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran yang mengarah pada proses pembelajaran yang dialami oleh para peserta didiknya.

Mahasiswa

Prestasi Mahasiswa

$
0
0

 

No.

Nama Kegiatan dan Waktu Penyelenggaraan

Tingkat (Lokal, Regional, Nasional, atau Internasional)

Prestasi yang Dicapai

(1)

(2)

(3)

(4)

1

PMW (Pekan Mahasiswa Wirausaha) Universitas Airlangga (2012)

Lokal

Penerima Modal Usaha

2

MAWAPRES FISIP (2012)

Lokal

Juara III

3

Kompetisi Penelitian Mahasiswa, FISIP (2012)

Lokal

Pemenang terpilih

4

PKM-AI (Program Kreativitas Mahasiswa Artikel Ilmiah) (2012)

Nasional

Lolos Seleksi DIKTI

5

Kompetisi Ide Youth Challenge Apa Idemu? Jadikan Indonesia Lebih Baik se-Indonesia (2012)

Nasional

Lolos seleksi 50 besar se-Indonesia

6

Lomba Foto Sony Cyber-Shot WX 100 More Less Snap and Win Contest se-Indonesia (2012)

Nasional

Juara I

7

Dekan Cup (Lomba Catur) (2013)

Lokal

Juara I

8

Guk Yuk Sidoarjo (2013)

Regional

Finalis

9

Duta Unair (2014)

Lokal

Finalis 12 besar

10

Lomba debat FISIP Unair (2014)

Lokal

Juara II

11

Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) (2014)

Nasional

Dana Hibah dari DIKTI

12

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan (2014)

Nasional

Dana Hibah dari DIKTI

13

 

Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) (2014)

Nasional

Dana Hibah dari DIKTI

 

14

ASEAN Youth Cultural Forum di  De La Salle University Filipina (2015)

Internasional

Student exchange perwakilan UNAIR

15

Pertukaran Pelajar di Kinki University, Osaka, Japan (2015)

Internasional

Student exchange perwakilan UNAIR

16

Pertukaran Pelajar di  Vietnam (2015)

Internasional

Student exchange perwakilan UNAIR

17

Pertukaran pelajar di Taiwan (2015)

Interasional

Student exchange perwakilan UNAIR

18

Lomba Karya Tulis Ilmiah (2015)

Regional

Juara I

Hidy Pengusaha Muda Yang Lulus 3,5 Tahun

$
0
0

Siapa yang tidak ingin lulus kuliah 3,5 tahun dengan aktif organisasi dan menjadi pebisnis? Tentu semua orang mendambakannya. Hal itu telah dilakukan oleh Noor Hidyat Iswara mahasiswa program studi Antropologi angkatan 2014 FISIP Universitas Airlangga. Hidy sapaan akrabnya, sudah memulai bisnis sejak duduk di bangku SMA dan tetap berjalan sampai sekarang. Hidy memiliki bisnis rumah makan, bisnis furniture, dan bisnis ternak yang berbasis diluar Surabaya. Meskipun telah terjun di dunia bisnis Hidy tidak melupakan pendidikannya di Universitas Airlangga jurusan Antropologi. Hidy menuntaskan pendidikannya di Antropologi dengan jangka waktu 3,5 tahun dan telah wisuda pada bulan Maret 2018 yang lalu. Selama perkuliahan Hidy juga aktif dalam beberapa organisasi seperti: Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI), Himpunan Mahasiswa Antropologi, dan Ikatan Mahasiswa Jakarta di Surabaya (IMAJAS).

Berbicara mengenai seluruh usaha yang digelutinya benar-benar dirintis dari nol,  dari segi modal maupun pengetahuan dia siapkan dan pelajari sendiri. Ia memiliki bisnis kuliner yang sedang hipe pada tahun 2018 ini yakni wings fried chicken dengan brand bernama Wingslar dengan berbagai olahan seperti ayam geprek, ayam tepung berbagai saus yang berbasis di Malang Jawa Timur, sekarang bisnisnya telah memiki empat cabang, dengan pusat di Karanglo Malang, cabang kedua di Cafetaria FH Universitas Brawijaya, ketiga di Jalan Sigura-Gura, dan cabang keempat di Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka. Bisnis kedua yang dijalankannya sembari kuliah adalah ternak hewan seperti sapi, cacing di Malang Jawa Timur serta ternak kambing di Bogor Jawa Barat. Bisnis yang terakhir adalah Lumiroir yang awalnya berbasis di Jakarta dan mulai dirintis pada tahun 2015. Dengan tagline “Indonesia’s Finest Vanity Light Mirror”,  Lumiroir mengklaim sebagai perusahaan pertama yang fokus pada penyediaan cermin cahaya rias portebel ke pasar didukung dengan banyak permintaan cermin rias kualitas premium oleh penggemar kecantikan di Indonesia. Sekarang Lumiroir berbasis di Jakarta dan Malang dan dapat dikirim ke seluruh Indonesia. Selayaknya mahasiswa yang mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan studynya dengan baik, Hidy juga tidak ingin bisnisnya tidak terurus oleh karena itu Hidy selama kuliah di Surabaya memantau semua bisnisny secara online, untuk bisnisnya yang berbasis di Malang, seperti Wingslar dan ternak sapi, kambing juga cacing, ia setiap akhir pekan pergi ke Malang dan untuk bisnisnya di Jakarta ia 3-4 bulan sekali pergi ke Jakarta.

Hidy juga memberi tips untuk kita agar tetap konsisten pada tujuan awal kuliah dan tujuan untuk memulai berbisnis dengan cara tidak malas untuk mempelajari hal baru dan mengerjakan dengan penuh tanggung jawab. Selain itu harus selalu berusaha yang terbaik untuk diri sendiri, orang tua, dan orang lain. Yang terakhir adalah selalu rendah hati dalam melakukan pekerjaan dan selalu berserah diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

The post Hidy Pengusaha Muda Yang Lulus 3,5 Tahun appeared first on S1 Antropologi.

Anisa Juara 1 Taekwondo Kategori Pemula di Lumajang

$
0
0

Mahasiswa Berprestasi kali ini, kita akan memperbincangkan sesosok perempuan inspiratif yang berani bersakit-sakit namun tetap bijak untuk terus memperjuangkan apa yang ia inginkan. Tanpa berlama-lama dalam menunggu karena menunggu itu berat, mari kita sambut sosok inspiratif kali ini yaitu Anisa Wulandari Sisko, mahasiswi prodi Antropologi Universitas Airlangga tahun 2017.
Biasa dipanggil Anisa, perempuan asal Tangerang ini berhasil meraih predikat Juara 1 Kategori Pemula dalam kejuaraan Taekwondo di Lumajang pada 16 Februari 2018. Namun, dibalik keberhasilannya dalam meraih prestasi tersebut, kisah perjuangan Anisa yang begitu berat tidak bisa kita remehkan. Oleh karena itu, mari kita simak bersama kisah perjuangan Anisa dalam meraih prestasi di bidang olahraga Taekwondo ini.
Awal mula Anisa terjun ke dunia bela diri Taekwondo ketika ia menginjak bangku sekolah di SMA Negeri 28 Tangerang, namun pada saat itu orang tua Anisa kurang merestui apa yang diminatinya. Menurut orang tuanya bela diri taekwondo terlalu ekstrem bagi seorang perempuan meskipun tidak diberi restu anisa mematahkan asumsi orang tuanya dengan mempersembahkan prestasi-prestasi yang telah diperoleh Anisa. Meskipun telah banyak prestasi yang diperoleh anisa terdapat duka yang mendalam saat sebelum ia berlaga di kejuaraan Taekwondo di Lumajang. Ia terpaksa tidak bisa untuk menikmati liburan semeseter untuk pulang ke Tangeragn karena ada tuntutan untuk mengikuti latihan rutin di Student Center Kampus C Universitas Airlangga selama 3 minggu. Namun hal itu tidak mematahkan semangat anisa untuk focus berlatih hingga akhirnya mampu membawa pulang gelar juara.

Tidak berhenti disitu, anisa memiliki banyak cita-cita yang harus ia gapai dalam olahraga bela diri Taekwondo untuk membawa nama Unair ke ajang lomba internasional.

The post Anisa Juara 1 Taekwondo Kategori Pemula di Lumajang appeared first on S1 Antropologi.


Mahasiswi Antropologi Kembali Menorehkan Prestasi dalam Kejuaraan Bela Diri

$
0
0

Perkenalkan salah satu Mahasiswi Antropologi FISIP Unair yang telah menorehkan gelar juara 3 kategori beregu putri pada perlombaan pencak silat UNS Cup Internasional 2018 yang diselenggarakan oleh UNS Surakarta. Hayyumu Farina Nurhalizah dengan sapaan akrabnya Farina, ia merupakan mahasiswi Antropologi angkatan 2016 yang baru mengeluti dunia persilatan di awal ia menjadi mahasiswi baru. Ia bergabung untuk pertama kalinya di olahraga bela diri dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PSHT Universitas Airlangga. Awal ia bergabung di UKM PSHT ia tidak kepikiran bakal berprestasi dan mendapat juara, melainkan awal ia ikut dengan alasan dirinya merasa tomboy dan ia ingin melindungi untuk antisipasi tindak kejahatan. Meskipun ia tergolong baru mengikuti olahraga bela diri, namun ia telah menorehkan gelar juara dalam kejuaraan nasional maupun provinsi. Kejuaraan yang telah ia torehkan antara lain: Juara 1 beregu putri dewasa yang diselenggarakan UNEJ Jember tingkat Jawa-Bali, Juara 2 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tingkat Jawa-Bali, Juara 1 di Unair tingkat Nasional, Juara 3 di ITS tingkat Jawa Timur, Juara 3 di Universitas Mulawarman Samarinda, dan Juara 3 di UNS Surakarta.

Dibalik prestasi yang telah diperoleh Farina juga seorang mahasiswa yang aktif dalam berbagai organisasi dalam kampus maupun luar kampus. Kesibukan Farina bukan jadi alasan untuk bermalas-malasan atau meninggalkan dunia perkuliahannya meskipun ada kendala saat ada perlombaan dan masih ada perkuliahan ataupun ada ujian.
“Untuk menyiasati jika ada perlombaan saat perkuliah atau UTS, dan UAS saya pasti membuat time table.” Ulasnya.
Tujuan ia membuat time table ialah untuk memudahkan dan mengingatkan aktivitas apa saja yang dijadikan prioritasnya dan apa yang harus ia tinggalkan. Untuk skala prioritas yang dilakukan Farina ialah kumpul keluarga karena dari keluarga ia mendapat dorongan untuk terus berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. Ia juga memiliki motivasi tersendiri untuk dirinya,
“pesilat yang hebat ialah pesilat yang menjadi manusia biasa.” Tuturnya.
Hal ini menuntutnya untuk menjadi pesilat yang sadar akan kekurangan dan tidak sombong dengan apa yang ia punya karena dari kerendahan hati seseorang akan menjadi hebat.

The post Mahasiswi Antropologi Kembali Menorehkan Prestasi dalam Kejuaraan Bela Diri appeared first on S1 Antropologi.

Kemandirian Yang Membuat Alfian Menjadi Mahasiswa Berprestasi

$
0
0

Siapa yang tak kenal dengan mahasiswa Antropologi satu ini? Ya, Alfian Andhika Yudhistira merupakan mahasiswa tunanetra pertama di Universitas Airlangga. Alfian merupakan salah satu mahasiswa antropologi yang memiliki semangat tinggi karena dengan keterbatasannya tidak menjadikan penghalangnya untuk berbuat yang terbaik.
“karena setiap orang diciptakan dengan kemampuan yang berbeda-beda, dan mempunyai manfaat masing-masing.” Ujarnya .
Dari kalimat diatas itulah yang membuat alfian sampai sekarang ini masih aktif dalam kegiatan kampus maupun luar kampus. Terbukti dengan ia sering diundang menjadi pembicara dalam acara seminar nasional maupun regional, menjadi pengajar computer bicara untuk tunanetra, dan menjadi pengajar baca tulis Al-Qur’an Braille untuk tunanetra.

Hal yang selalu ia pegang teguh didalam dirinya ialah displin karena bagi dirinya kedisiplinan itu penting dan dari kedisiplinan itulah kita bisa menempatkan diri dimanapun dan bagaimanapun. Berawal dari kedisiplinan ia tidak pernah meninggalkan kuliah melebihi 3 kali dan tidak pernah meninggalkan apa yang ia lakukan di luar kampus, seperti menjadi moderator, pembicara, relawan, ataupun organisasi lain.

Pria kelahiran Surabaya ini tidak memiliki kendala khusus dalam mobilitasnya dalam kesehariannya yang ia lakukan sendiri dan tidak meminta belas kasian kepada orang lain. Hal itu dilakukan karena ia ingin belajar mandiri sejak dini sebelum orang yang dekat dalam hidupnya pergi untuk selamanya. Oleh karena itu dengan keterbatasan ia ingin membuka kesempatan untuk berbuat baik dengan semaksimal mungkin sampai kita tidak bisa berbuat baik lagi untuk semua orang.

The post Kemandirian Yang Membuat Alfian Menjadi Mahasiswa Berprestasi appeared first on S1 Antropologi.

Antropologi Kehilangan Seorang Guru Drs. Nurcahyo Tri Ariyanto, M.Hum

$
0
0

Kabar duka menyelimuti Antropologi FISIP Universitas Airlangga telah meninggal guru kita Drs. Nurcahyo Tri Ariyanto, M.Hum beliau merupakan salah satu dosen terbaik yang dimiliki Antropologi. Beliau wafat diusia 61 Tahun hari Rabu, 18 April 2018 Pukul 12.50 WIB di Rumah Sakit Universitas Airlangga. Selama hidupnya beliau sangat berarti bagi mahasiswa maupun civitas akademika, hal itu disampaikan oleh Tri Joko Sri Haryono saat pidato sambutannya untuk penghormatan terakhir kalinya.
“Beliau sangat bersemangat antusias terutama dalam soal keilmuan dalam soal rujukan buku, beliau yang paling hebat diantara rekan-rekan di Antropologi.” Ucap Sahabat beliau Tri Joko.

Beliau merupakan dosen yang handal masalah rujukan literature serta memiliki koleksi buka yang tidak terhitung sedikit dan tak tanggung-tanggung untuk berbagi informasi dalam hal keilmuan. Dimata mahasiswa antropologi beliau merupakan dosen yang baik kepada mahasiswa dan memiliki selera humor yang tinggi saat mengajar.
“Beliau dosen yang sangat baik dalam mengajar sampai-sampai beliau menyempatkan untuk memberikan template disetiap tugasnya dan disaat mengajar beliau juga sering menghibur mahasiswa dengan candaan beliau, hal itu yang membuat berkesan bagi kita semuanya.” Ucap Prasida.

Masih banyak kenangan dan ilmu yang beliau tinggalkan bagi seluruh keluarga besar kerabat antropologi unair. Hal itu bukan berarti membuat kita terus menerus terjebak pada kesedihan melainkan kita harus mengimplementasikan ilmu yang beliau berikan didalam kehidupan kita serta melanjutkan semangat beliau dalam dunia antropologi.

The post Antropologi Kehilangan Seorang Guru Drs. Nurcahyo Tri Ariyanto, M.Hum appeared first on S1 Antropologi.

PKL MATA KULIAH ANTROPOGENESE 2018

$
0
0

Hallo sobat Antropologi Unair tercinta.Disini, admin ingin membagi cerita tentang perjalanan PKL antropologi di mata kuliah antropogenese. Adakah yang tau apa itu ilmu Antropogenese ? Antropogenese adalah cabang ilmu dari Antropologi Ragawi yang dimiliki Universitas Airlangga dan satu – satunya di Indonesia loh.! Antropogenese berasal dari kata Antropos yang berarti manusia dan Genesis yang berarti asal – usul. Jadi secara garis besar Antropogenese mempelajari bagaimana manusia itu berasal dan proses yang ada didalamnya. Antropogenese merupakan sub-ilmu dari Paleoantropologi yang mempelajari jenis-jenis manusia purba hingga menjadi manusia modern yang berakal dan bijaksana seperti saat ini. Amin hehehe

Pada tanggal 10 dan 11 April 2018 kami melakukan kunjungan dan kuliah lapangan mata kuliah tersebut. Mahasiswa Antropologi tidak semuanya ikut namun hanya mahasiswa Antropologi yang berfokus pada ragawilah yang wajib mengikuti kuliah lapangan ini. Namun, tidak menutup kemungkinan mahasiswa Antropologi dari focus ilmu sosial budaya pun boleh ikut dalam kunjungan dan kuliah lapangan ini. Total ada 44 mahasiswa dengan 2 Dosen pembimbing dari Unair lah yang mengikutimata kuliah ini. Ada Dr.Phil Toetik atau sering disebut oleh kami bu tok dan Pak Bayu lah dosen pengampu mata kuliah ini karena memang beliau-beliau lah yang expert di bidang paleoantropologi.Selain itu kami juga mendapatkan ilmu dari Pak Rusyad, beliau adalah seorang dosen di Antropologi, Arkeologi, dan Fakultas kedokteran kesehatan masyarakat dan keperawatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pak Rusyad inipun adalah alumnus Unair di Antropologi Ragawi dan expert di bidang paleoantropologi dan ilmu geologi. WOW!!!

Kunjungan kami diawali pada tanggal 10 April di Museum Trinil. Disana kami bersama Pak Bayu menelisih perjalanan Eugine Dubois (Seorang dokter ahli yang terjun ke paleoantropologi) dari negeri Belanda. Disana banyak sekali penemuan dari sisa tulang-belulang manusia jenis Pithecanthropus Erectus dan beberapa hewan purba seperti Harimau, Kerbau, Gajah jenis Stegodon Trigonochepalus, dan masih banyak lagi. Museum yang memiliki luas 24.010 meter persegi ini menyimpan juga beberapa fossil yang ditemukan warga sekitar namun belum diidentifikasi lebih dalam mengenai jenis fossil tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan museum belum memiliki ahli Antropologi, Paleoantropologi, Arkeologi dan Geologi yang mumpuni untuk mengidentifikasi jenis manusia purba dari fossil yang ditemukan. Maka dari itu Indonesia membutuhkan banyak sekali Antropolog fisik handal karena Indonesia merupakan surge bagi fossil manusia purba.Selanjutnya para rombongan bertolak ke Solo untuk menginap di salah satu Hotel di kota dengan julukan “Spirit Of Java”. Di malam harinya tepat pukul 20.00 kami tidak langsung istirahat namun kita ada pembekalan materi mengenai jejak kehidupan purba di tanah Jawa yang diisi oleh Pak Rusyad hingga pukul 00.00 WIB. Seperti inilah kehidupan para Antropolog yang memang harus siap medan dan kondisi yang fit karena kami bekerja tidak mengenal waktu.Bu tok pernah mengatakan “Kalian semua memang harus tahan banting ketika bertemu mata kuliah Antropogenese apalagi mata kuliah Paleoantropologi karena kedua mata kuliah ini langsung bertemu lapangan dan saya butuh perempuan – perempuan yang tangguh untuk menaklukkan medan yang panas, gersang dan lain sebagainya” Kuliah malam berahkir pukul 12 malam tepat dan anak – anak ada yang memesan makanan secara online dan ada juga yang langsung tepar karena sangat capek.

“Kalian baru selesai kuliah jam segini aja sudah pada tepar gimana waktu PKL Paleoantro semester 5 besok. Kan kuliahnya bisa sampai jam 4 pagi dan jam 6 sudah harus turun lapangan lagi” Sahut Bu Tok ketika melihat anak – anak yang sudah tidak memiliki tenaga dan mengeluh sepanjang jalan di lorong hotel.

Keesokan harinya kita bersiap – siap untuk check out hotel pukul 7pagi dan bertolak ke Sangiran. Sarapan kita lakukan di dalam Bus Unair yang membawa kita ke Museum Sangiran beserta 2 Satelit (Dayu dan Ngebung) Kita sampai ke Museum Sangiran utama pukul setengah 9 waktu setempat. Disana kita disambut dengan 2 orang tour guide dari pihak museum yang memiliki latar belakang pendidikan Arkeologi UGM. Kita menelusuri 3 sub tema didalam museum utama Sangiran. Ada sub bagian mengenai lapisan tanah yang terkandung didalam perut tanah Sangiran , sub bagian mengenai manusia – manusia purba dunia (beserta penemuan manusia purba khas Sangiran) dan juga sub bagian mengenai lingkungan zaman dahulu di Sangiran dan hewan purba yang hidup di masa itu. Mengapa hewan purba juga diteliti padahal kita berfokus pada pola kehidupan manusia purba. Jawabnya adalah satu yakni mereka saling terkait, manusia purba berburu dan memakan hewan purba secara otomatis hewan purba yang ditemukan oada lapisan tanah yang sama dengan penemuan manusia bisa menguak potensi budaya berburu atau jenis makanan yang dimiliki oleh manusia tersebut. Setelah itu kita bertolak di Kluster Ngebung yang memiliki tema hal-hal yang dilakukan saat sedang EKSKAVASI. Ekskavasi merupakan kegiatan penggalian dengan tujuan mencari sisa tulang, batu, tumbuhan, hewan, artefak, dll dengan menggunakan metode tertentu. Disini kita disajikan pemandangan saat para ahli paleoantropolog sedang melakukan penggalian ekskavasi. Diaroma yang disajikan membuat kita membayangkan ditahun seribu sembilanratusan dengan alat seadanya Von Koenigswald melakukan ekskavasi kecil-kecilan dan dilanjutkan dengan generasi paleoantropolog selanjutnya dari Indonesia yakni T.Jacob dari UGM. Selanjutnya kita bertolak ke Kluster Dayu yang menyajikan jenis-jenis lapisan tanah dengan ciri khas yang ada seperti manusia yang hidup disana dan lain sebagainya. Di kluster ini, kita bisa merasakan bekas ekskavasi yang didirikan suatu bangunan museum untuk merasakan beberapa lapisan tanah pada masa purba. Pada kluster ini pula dijelaskan bahwa setiap lapisan tanah yang pernah ditinggali jejak kehidupan baik manusia maupun hewan memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan lapisan tanah lainya. Selain itu kita juga bisa tahu dari lapisan tanah tersebut dulu pernah terjadi bencana alam apa seperti gunung meletus, banjir, daerah rawa, dan lain sebagainya.

Seperti itulah sedikit cerita PKL Mahasiswa Antropologi pada mata kuliah Antropogenese 2018. Indonesia adalah surga bagi fossil manusia purba bahkan UNESCO mengklaim sepertiga fosil manusia seluruh dunia ada di Indonesia (Sangiran) namun kekurangan bangsa ini adalah sedikitnya Paleoantropolog. Maka dari itu Departemen Antropologi Unair ingin menghadirkan alumnus Antropologi Fisip terutama di bidang Paleoantropolog yang bisa mengabdi di bidang ilmunya. Bangga Antropologi!!

The post PKL MATA KULIAH ANTROPOGENESE 2018 appeared first on S1 Antropologi.

Jalan-Jalan Ke Museum Kematian Departemen Antropologi

$
0
0

Selayaknya alphabetycal, dimana antara B dan D adalah C, maka, begitupula hidup manusia, dimana antara birth and death ada choice atau pilihan, untuk menjadi orang baik semasa hidup atau orang yang buruk. Manusia tidak akan takut pada kematian selama dia memegang ajaran kepercayaannya dengan baik, karana ia akan selalu tau bahwa kematian bukan akhir dari perjalanan hidupnya, akan ada perjalanan selanjutnya pasca ia menyapa kematian itu sendiri. Apa yang ada dalam bayangan anda bila mendengar kata “Museum Kematian”?  Seram? Aneh? Buat apa, toh manusia memang seharusnya mati?. Pemikiran semacam itu memang akan sekilas ada di kognisi kita, tapi tidak ada salahnya untuk belajar dan menjelajah sedikit tentang kematian bersama Museum Etnografi yang ada Jalan Darmawangsa Dalan, tepatnya di Gedung B, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya. Didirikan pada 25 September 2005, awalnya museum etnografi ini digunakan untuk mewadahi koleksi benda purbakala, hasil kebudayaan dan fosil yang dimiliki Departemen Antropologi Unair.

Museum Etnografi sudah mengalami tiga kali perombakan dan terakhir sudah dibuka kembali pada 20 Februari 2018. Mengangkat konsep dan story line tentang kematian, membuat museum ini enggan untuk menggunaan paradigma lama tentang museum, yakni benda yang dipamerkan kemudian diberi label, Museum Etnografi ini menggunakan infografis dalam penyampaian segala hal tentang kematian dan budaya kematian di Indonesia agar pengunjung lebih mudah menangkap cerita dari kebudayaan dan segala hal yang berhubungan dngan kematian. Desain yang unik dari museum ini merupakan hasil kerjasama dengan tim dari Kementrian Kebudayaan RI. Merujuk pada PP Nomor 66 Tahun 2015, Museum Etnografi sudah hampir mencapai standart museum, museum ini sudah punya tempat,  punya koleksi, dan juga ada dananya, selain itu fasilitas lain seperti storage, laboratoriun, dan auditorium dan yang pasti ruang pamer juga dimiliki oleh Museum Etnografi ini. Koleksi yang dimiliki oleh Museum ini berasal dari bermacam-macam sumber, seperti  hibah dari Pak Adi Sukadana Dekan FISIP UNAIR, milik Departemen Antropologi hasil kuliah lapangan mahasiswa, dan hibah dari kepolisisan hasil kerjasama untuk pendidikan.

Masuk kedalam museum, anda akan memasuki ruang pamer utama, disegala sisi, mulai dari dinding, ubin, melayang di udaram sampai atap ruang pertama ini, anda dapat menikmati penyampaian informasi dan koleksi yang disajikan dengan tidak membosankan. Masuk lebih dalam adalah ruang refleksi, sebelahnya lagi crime scene, belakang sendiri ruang rekreasi, dalam ruang rekreasi anda akan melihat model-model pemakaman dari sistem kepercayaan yang ada di Indonesia, ada “mummi” yang dipamerkan dengan menggunakan baju dan atribut yang menarik dan terkesan tidak menyeramkan, juga disediakan kostum dan atribut untuk pengunjung yang ingin berpose ala gothic didalam museum etnografi ini.

Museum yang dikepalai oleh Ibu Toetik Kosbardiati atau yang lebih akrab dipanggil Bu Tok, dosen Antropologi Ragawi Universitas Airlangga, dibantu oleh beberapa pengurus Museum Etnografi seperti kurator atau pengawas institusi warisan budaya atau seni yang harus mengetahui segala macam koleksi yang ada, registrat harus tau dimana letak dan jumlah koleksi museum, edukator bertugas pada saat ada pengunjung, dia yang akan menjelaskan tentang koleksi dan infografis museum Etnografi, tata pamer bertugas Museum Etnografi diundang pameran di tempat lain, dia yang akan memilih dan menata koleksi untuk dipamerkan, serta menata koleksi dan merubah tata letak koleksi sekitar tiap 1-2 tahun, agar menghindari kebosanan,  kebanyakan yang membantu Bu Tok dalam mengelolah museum ini berasal dari mahasiswa Antropologi Ragawi di Universitas Airlangga.

Dewasa ini, ritus kematian di Indonesia sudah sebagian besar direduksi agar memotong pengeluaran keluarga, seperti yang kita tahu, ritus kematian di berbagai suku, sebut saja Toraja, Bali, Jawa, sampai Tionghoa, dapat mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Di Bali, dulu Ngaben dilakukan per-individu, sekarang sudah ada Ngaben masal, si Toraja dan etnis Tionghoa beberapa sudah mulai memotong beberapa rangkaian upacara kematiannya, tanpa menghilangkan yang pakem dari ritus kematian itu sendiri.

Selanjutnya, Museum Etnografi akan selalu berbenah, penambahan fasilitas seperti ruang pamer temporer, secepatnya akan dilakukan, Kementrian Kebudayaan juga mendukung berkembangnya museum-museum di Indonesia baik dengan bantuan materi maupun ide. Semoga Museum Etnografi ini bisa menjadi salah-satu museum percontohan dengan paradigma baru dan menjadi refleksi setiap pengunjungnya.

Penulis : Arinta Livya N

Editor : Prasida Rageisna H

The post Jalan-Jalan Ke Museum Kematian Departemen Antropologi appeared first on S1 Antropologi.

Kami Menamainya “ Night at The Museum”

$
0
0

Kegiatan ini bermula, saat ada beberapa mahasiswa dari peminatan Antropologi Ragawi menggagas adanya suatu forum diskusi untuk memuaskan rasa keingintahuan serta memperkaya wawasan mengenai Antropologi Ragawi. Nama kegiatan ini diambil dari kegiatan yang pernah dilakukan sebelumnya dan dikarenakan pelaksanaannya yang menjelang malam serta bertempat di ruang pertemuan, Museum Etnografi. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa Universitas Airlangga adalah satu – satunya universitas yang memiliki peminatan Antropologi Ragawi di Indonesia, oleh sebab itu informasi dan ahli – ahli Antropologi Ragawi di Indonesia juga tidaklah banyak. Kegiatan ini juga dilakukan untuk memberikan informasi dan wawasan tambahan bagi mahasiswa semester dua yang akan memilih penjurusan pada semester tiga mendatang. Wadah ini bukanlah satu arah seperti kebanyakan seminar maupun perkuliahan, tetapi diskusi dua arah yang dibimbing oleh para dosen Antropologi Ragawi. Pada kesempatan di tanggal 3 Mei 2018, Prof. Glinka menjadi tamu istimewa sebagai salah satu perintis dari berdirinya Antropologi Ragawi di Universitas Airlangga yang merupakan teman dari pendiri Antropologi di Unair yaitu (alm) A. Adi Sukadana. Diskusi diisi dengan berbagai informasi mulai dari sejarah Antropologi Ragawi di Universitas Airlangga, perkembangan Antropologi Ragawi di dunia, hingga permasalahan yang tetap diperbincangkan sampai saat ini yaitu Evolusi.

Pertanyaan mengenai agama dan evolusi menjadi pembahasan paling menarik pada malam itu. Prof. Glinka yang juga sebagai seorang Pastor memberikan berbagai penjelasan yang memuaskan mengenai keduanya. Pertanyaan dan pernyataan saling bersautan yang dibimbing serta diarahkan oleh Dr. phil Toetik Koesbardiati dan Delta Bayu Murti, M.A. selaku dosen pada beberapa matakuliah di peminatan Antropologi Ragawi. Night at the Museum merupakan jalan keluar dari antusiasme mahasiswa mengenai berbagai pertanyaan serta kasus yang seringkali tidak cukup waktu untuk dibahas dalam ruang perkuliahan. Kedepannya akan dijadwalkan pelaksanaannya secara rutin dengan topik dan tema yang up to date serta menarik dengan tamu yang expert pada bidangnya. Kegiatan ini juga bersifat terbuka dan tidak hanya untuk mahasiswa Antropologi Ragawi, tetapi juga bagi setiap orang yang tertarik mengikutinya. Kami tunggu partisipasinya pada Night at the Museum selanjutnya

Penulis : Fatihah Firdaus

The post Kami Menamainya “ Night at The Museum” appeared first on S1 Antropologi.

Pekan Seni 3.0 Tahun 2019: Semifinal Antropologi

$
0
0

Jumat, 30 Agustus 2019 | Pekan seni menjadi kegiatan tahunan yang ada di FISIP, pekan seni kerap menjadi ajang bagi mahasiswa/i FISIP untuk menunjukan bakat atau kemampuan mahasiswa/i selain dibidang akademik. Adanya Pekan Seni ini menjadi daya tarik tersendiri yang mana acara yang diadakan mempunyai konsep yang dapat mengeksplorasi potensi di setiap program studi yang ada di FISIP. Masing-masing program studi memberikan penampilan dan kontribusi dalam berjalannya acara ini, seperti pada program studi Antropologi, yang mana pada hari  Pekan Seni menampilkan wajah revolusi manusia dari masa ke masa, hal ini sesuai dengan keilmuan Antropologi yang mana mempelajari revolusi manusia yang dapat dilihat secara ragawi maupun budaya.

 

Dengan tema yang diangkat tersebut Antropologi memvisualisasikan dengan menampilkan patung-patung dan juga berbagai peralatan yang digunakan pada masa dahulu hingga berevolusi dengan senruhan kecanggihan teknologi yang ada. Seperti visualisai alat pengambil gambar atau biasa disebut dengan kamera, kemudian karya-karya seni berupa foto-foto yang tergantung di dinding stan, yang mana  menggambarkan bagaimana revolusi masnusia ketika mengabadikan momen dan informasi zaman dahulu dan sekarang mengalami perbedaan,

Zaman dahulu masih menggunakan yang namanya teknik pemahatan pada dinding-dinding kemudian pada masa sekarang ini dengan sentuhan teknologi yang semakin canggih maka setiap momen dan informasi dapat terekam pada sebuah gambar dengan menggunakan alat pengambil gambar atau kamera. Selain keunikan yang ditunjukan Antropologi pada penyajian karya di stan, namun pula Antropologi menampilkannya pada sebuah karya seni teater pada perlombaan FISIP Young Idol yang merupakan salah satu perlombaan yang digelar pada acara ini, perlombaan ini memfokuskan pada penggalian potensi mahasiswa/I dalam berunjuk bakat dengan berbagai bentuk penampilan panggung. Seperti apa penampilannya? Selengkapnya terdapat pada artikel berikutnya berjudul Part 2 Pekan Seni 3.0 Tahun 2019: Semifinal Antropologi.

Penulis: Una Trisna

The post Pekan Seni 3.0 Tahun 2019: Semifinal Antropologi appeared first on S1 Antropologi.


Part 2 Pekan Seni 3.0 Tahun 2019: Semifinal Antropologi

$
0
0

Jumat, 30 Agustus 2019 | Dalam FISIP Idol ini Antropologi menyajikan teater yang bertemakan kebudayaan Jawa Barat, upaya yang dilakukan Antropologi adalah mengenalkan Jawa Barat yang dibalut dengan penampilan teater bernuansa dunia anak, yang mana pada penampilannya, terdapat beberapa mahasiswi menampilkan drama sebagai anak kecil dan juga menjadi teman dari anak kecil, serta menjadi musuh,. Kemudian mahasiswa/i lainnya berada diatas panggung untuk menyanyikan beberapa lagu kedaerahan Jawa Barat seperti “Boneka Abdi” dan juga “Tokecang”. Drama ini tidak hanya dikemas dengan penampilan para mahasiswa/I paduan suara namun juga di bumbui dengan tarian-tarian pada selingan dramanya.

Penampilan berjalan dengan lancar, hingga tiba waktunya para juri memberi komentar, Terdapat 3 juri pada acara FISIP Young Idol, yaitu, Rani Sukma Ayu Suteja, S.I.Kom, M.Sc, yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR, Novri Susan S.Sos., MA., Ph.D., yang merupakan dosen Sosiologi FISIP UNAIR dan Fadhilah Intan yang merupakan Finalis Rising Star Indonesia Season 2 Tahun 2016. Penampilan Antropologi pada kesempatan ini mendapatkan komentar yang cukup membangun dari masing-masing juri. Seperti komentar yang diberikan Novri Susan S.Sos., MA., Ph.D., yang mengungkapkan kegagumannya akan konsep yang diangkat, beliau mengungkapkan

“aku bisa menikmati dunia anak-anak hadir disini, itu yang harus ditekankan pada kehidupan saat ini, terutama untuk kehidupan para gamer. Namun, perlu digarisbawahi bahwa harus memperhatikan lokasi penampilan, sarannya lebih baik hanya bersifat simbolik saja tanpa kata-kata”

Semua juri menyampaikan dan sepakat bahwa penampilan kali ini tidak sematang penampilan yang pertama, namun untuk pemberian konsep yang ingin ditunjukan sudah cukup mengagumkan namun sangat disayangkan dalam pengemasan kurang maksimal. Meskipun begitu mahasiswa/I Antropologi tetap menunjukan kebahagiannya dan senang hatinya untuk terus berkontribusi pada setiap ajang penampilan seperti ini.

Serangkaian acara pada Pekan Seni 3.0 yang berlangsung meriah ini juga disemarakan dengan adanya bazar dan juga tidak lupa para mahasiswa/I FISIP dapat berpatisipasi untuk memberikan suaranya dengan balot untuk memilih juara mural. Setelah diadakan Pekan Seni 3.0 pada hari ini, juga akan diadakan puncak Pekan Seni 3.0 yang akan bertempat di Grand City Surabaya pada tanggal 25 Oktober 2019.

Penulis: Una Trisna

The post Part 2 Pekan Seni 3.0 Tahun 2019: Semifinal Antropologi appeared first on S1 Antropologi.

Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Pelestarian Cagar Budaya dalam Aspek Penataan Ruang di Kota Surabaya

$
0
0

Selasa, 3 September 2019 | Antropologi telah berperan dalam berjalannya kegiatan Kampanye Pelestarian Cagar Budaya oleh Dirjen kebudayaan Kemendikbud dan bekerjasama dengan HIMA Ilmu Sejarah FIB. Dila sebagai salah satu anggota HIMA Ilmu Sejarah mengatakan “acara ini merupakan kolaborasi dari Kemendikbud, Departemen Antropologi, dan FISIP sebagai fasilitator. FISIP dan Departemen Antropologi memberikan banyak kontribusi seperti peminjaman ruangan dan juga Museum Etnografi”.

Kegiatan ini dimulai pada tanggal 3-5 September 2019, acara pertama yang diselenggarakan adalah talkshow. Talkshow diadakan di 2 tempat yaitu di Aula Soetandyo Gedung C FISIP dan Ruang Pertemuan Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Gedung B FISIP.

Talkshow pertama diadakan di Aula Soentandyo memiliki tema Pelestarian Cagar Budaya dalam Aspek Penataan Ruang di Kota Surabaya. Talkshow pertama yang dimoderatori oleh Delta Bayu Murti, S.Sos., dengan pembicara M.A., Dr. Danang Priatmodjo, Ir. M.Arch. (Arsitek/TACB DKI Jakarta), Dr. Junus Satrio Atmodjo (TACB Nasional), Prof. Dr. Ir. Johan Silas (TACB Kota Surabaya), Ir. Chalid Buhari (Kepala Dinas Perumahan Rakyat  dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang), dan Dr. Purnawan Basundoro, S.S, M.Hum (Sejarawan Universitas Airlangga). Talkshow ini membahas mengenai problematika seputar Cagar Budaya yang ada di Jawa Timur.

Kegiatan Talkshow dimoderatori oleh Delta Bayu Murti, S.Sos.,

Salah satu peserta menanyakan mengenai administrasi pengurusan Cagar Budaya. Dr. Junus Satrio Atmodjo sebagai TACB Nasional memberikan jawaban bahwa apabila PP baru belum ada, dapat menggunakan PP yang lama.

Beliau juga menegaskan bahwa tidak menjadi alasan UU CB ada namun PP tidak ada kemudian berhenti untuk melestarikan Cagar Budaya. Diakhir, diadakannya talkshow Cagar Budaya ini bukan tanpa alasan. “Sejarah itu penting sebagai penanda juga terkait dengan waktu, waktu punya gayanya di masing-masing periode atau masa.” Ungkap Delta Bayu Murti, S.Sos., M.A. Talkshow pertama ini diakhiri dengan pemberian cinderamata pada masing-masing pembicara.

Penyerahan Cinderamata Untuk Pembicara dan juga Moderator

Selain talkshow yang diadakan di Aula Soentandyo, talkshow selanjutnya bertemakan Cagar Budaya dalam Literasi akan diulas pada artikel selanjtnya Part 2 Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Cagar Budaya dalam Literasi

Penulis: Una Trisna

The post Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Pelestarian Cagar Budaya dalam Aspek Penataan Ruang di Kota Surabaya appeared first on S1 Antropologi.

Antropologi Dukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Cagar Budaya dalam Literasi (Part 2)

$
0
0

Selasa, 3 September 2019 | Talkshow kedua ini diadakan di Ruang Pertemuan Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Gedung B FISIP pukul 14:00. Pada Talkshow ini, dihadiri oleh Bu Endang selaku Kepala Bidang Cagar Budaya dan sejarah Dinas Pariwisata, Pak Edi Riyanto sebagai Kepala Museum Mpu Tantular, Novita seorang novelis yang berlatar belakang budaya dan sejarah, dan Khilma Anis seorang novelis populer tentang budaya dan pesantren. Acara ini diawali dengan lantunan musik instrumen dari saxophone yang dibawakan oleh Oki dan Ragil. Setelah itu penampilan puisi dari Asfi dengan bertemakan Cagar Budaya.

Talkshow ini bertemakan Cagar Budaya dalam Literasi. Tujuan Talkshow ini adalah Keberadaan cagar budaya digunakan sebagai sumber inspirasi. Dalam pembahasannya Pak Edi Riyanto menyampaikan perubahan yang dicapai oleh Museum Mpu Tantular. Beliau menyampaikan koleksi yang dimiliki Museum berupa 5 kuintal koin kuno, naskah kuno, teknologi, seni rupa (10 jenis koleksi). Terkait dengan literasi berasal dari naskah kuno paper atau lontar. Namun kurator berkurang. Akhirnya membuat pihak Museum Mpu Tantular membuka diri untuk bekerjasama atau bermitra dengan komunitas pecinta museum (Tahta Jejak Kerajaan) yang suka mengumpulkan informasi peninggalan yg belum ditemukan sebelumnya, komunitas campur sari (Purbobudoyo) yang mempunyai lagu bertema dengan cagar budaya, Jenggolo Manik dengan membawakan tarian anak-anak, geguritan, macapat dengan memanfaatkan naskah kuno yg ada di museum, Komunitas Sahabat Museum Milenial, Mbak Novita juga menjadi Sahabat Literasi Museum.

Banyak universitas  bekerjasama dengan Museum Mpu Tantular untuk penelitian dll, Perpustakaan Provinsi juga mendigitalisasi koleksi museum, pengmas UNESA juga menjadi penerjemah isi dari naskah kuno. Pak Edi Riyanto menyampaikan cara melestarikan naskah kuno Mpu Tantular bekerjasama dengan pihak akademisi dan komunitas-komunitas. Harapannya juga museum tidak memiliki streotip tempat yang membosankan dan mengerikan namun bisa digunakan untuk edukasi dan bersenang-senang. Selanjutnya Bu Endang akan menyampaikan keilmuan Etnografi dalam Cagar Budaya pada artikel Part 3 Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Cagar Budaya dalam Literasi.

Penulis: Una Trisna

The post Antropologi Dukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Cagar Budaya dalam Literasi (Part 2) appeared first on S1 Antropologi.

Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Cagar Budaya dalam Literasi (Part 3)

$
0
0

Selasa, 3 September 2019 | Pembahasan lain disampaikan oleh Bu Endang selaku Kepala Bidang Cagar Budaya, menurut beliau Cagar Budaya adalah yang bersifat kebendaan bisa di darat atau di air dapat berupa bangunan, situs, dll. Beliau menyampaikan Indikator cagar budaya mempunyai usia 50 tahun dan mempunyai nilai penting berkaitan dengan pengetahuan dan budaya.

Patung menjadi salah satu benda yang memiliki nilai yang menjadi bahan untuk memajukan literasi dilihat dari memahami makna dari patung, literasi dipahami sebagai pemaknaan mendalam yang lebih tidak hanya sekedar membaca, artinya kita jadi tahu bahwa ada hubungan antara generasi sekarang dengan nenek moyang. Hal itu yang membedakan Indonesia dengan yang lain. Ketika melihat patung, fungsi dari keilmuan Etnografi memiliki peran sebagai analisa. Artinya Analisis etnografi bukan hanya terbatas medianya saja tapi pemaknaan dari media tersebut.

“Muhun marilah kita bersama-sama Cagar budaya itu menjadi bagian dari literasi di setiap kehidupan kita” Ungkap Bu Endang. Pembicara selanjutnya yang telah berkontribusi akan kelestarian Cagar Budaya melalui tulisan, yaitu Novita sebagai Novelis. Karyanya berlatar sejarah dengan cagar budaya. Baik itu lokasi hingga berasal dari naskah kunonya diramu dengan kekinian yang dapat masuk pada dunia anak muda atau milenial.

Salah satu pembahasan novelnya adalah mengenai Kembang Seruni yang menggambarkan tentang Renkarnasi Gajah Mada, lebih lanjut Novita mengatakan “Negara menjadi lumpuh karena ujung senjata, dapat tumbuh lagi dari ujung pena.” Ungkap Novita diakhir penyampaiannya. Pada artikel selanjutnya yang berjudul Part 4 Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Cagar Budaya dalam Literasi  akan disajikan pembahasan novel Hati Sulita yang dikarang oleh Khilma Anis .

Penulis: Una Trisna

The post Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-1: Cagar Budaya dalam Literasi (Part 3) appeared first on S1 Antropologi.

Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-2: Pengembangan dan Pemanfatan

$
0
0

Rabu, 4 September 2019 | Kegiatan Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari kedua telah berlangsung. Agenda kegiatan hari ini adalah Talkshow bertemakan Pengembangan dan Pemanfaatan yang diadakan di Ruang Adi Sukadana FISIP. Pembicara yang hadir kali ini adalah Bu Endang Prasanti selaku Kepala Bidang Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur, Bapak Ady Erianto Setiawan seorang Penulis, Periset, dan Founder dari Roodeburg Soerabaia, Pak Andi Muhammad Said sebagai Balai Pelestarian Cagar Budaya Jatim, dan Bu Emilia selaku Manajer Majapahit Hotel, dan dimoderatori oleh aktor Ramon Y Tungka.

Talkshow ini dibuka langsung dengan diskusi mengenai permasalahan yang terjadi pada Cagar Budaya di Jawa Timur khususnya. “Terjadi banyak masalah di Trowulan, khususnya juga Jawa Timur. Para pencari benda-benda bersejarah melakukan pencarian tanpa izin. Tujuannya baik untuk menghidupkan kembali kehidupan zaman dahulu, namun apabila tanpa izin dari Pemerintahan Daerah maka akan menjadi masalah.” Ungkap Pak Andi Muhammad Said.

Selanjutnya Ady Erianto membagikan pengalamannya dalam melakukan pencarian dengan komunitasnya. Kisah ini sangat menarik dan menginspirasi pemuda Indonesia untuk tetap menjaga kelestarian Cagar Budaya. Kami adalah pencari dengan data literatur mengenai Benteng Kedung Cowek pada tahun 2010 di Belanda. Tujuan ke Belanda ialah untuk mencari cetak birunya dan arsip-arsip koran.

Konflik pro kontra dan informasi semua dijadikan buku. “Adanya benturan kami dengan tim ahli Cagar Budaya kota menjadi kendala kami.” Ungkap Ady Erianto. Kendala yang terjadi adalah kurang bersinerginya anatara pemerintah dengn komunitas. Diskusi sangat diharapkan ada untuk saling bertukar pendapat dengan berbicara tentang data.

Moderator kemudian menanggapi hal tersebut untuk diteruskan kepada pembicara lain untuk menjawab sekaligus menjelaskan bagaimana pendapat dari sisi para pembicara lainnya. Simak selengkapnya pernyataan pembicara lainnya pada artikel berjudul Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-2: Pengembangan dan Pemanfatan (Part 2)

Penulis: Una Trisna

The post Antropologi Mendukung Kampanye Pelestarian Cagar Budaya hari ke-2: Pengembangan dan Pemanfatan appeared first on S1 Antropologi.

Viewing all 99 articles
Browse latest View live




Latest Images